Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bung Tomo: Pekik Allahu Akbar, Sukarno, dan Mahasiswi Nakal

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Pimpinan Redaksi Panjebar Semangat, Moechtar (90) menceritakan pengalamanya saat bertemu Bung Tomo, di Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Pimpinan Redaksi Panjebar Semangat, Moechtar (90) menceritakan pengalamanya saat bertemu Bung Tomo, di Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Siaran radio berisi pidato Bung Tomo pada seputar Pertempuran Surabaya 10 November 1945 menjadi kenangan Moechtar, mantan Pemimpin Redaksi  Panjebar Semangat, majalah berbahasa Jawa yang terbit di Surabaya. Ia kini berusia 90 tahun, lahir di Pacitan 22 Februari 1925. 

Kini, Moechtar tinggal di Pucang Asri, Kota Surabaya dalam posisi banyak berbaring akibat pernah jatuh sehingga tulang belakangnya trauma.  Daya ingat Moechtar masih kuat, meski sekali-sekali ia perlu waktu lama untuk mengingat  sesuatu. Dalam situasi  yang tak menentu sehingga sekolah libur, Moechtar yang saat itu sekolah di Yogyakarta, mengungsi ke Kediri. “Saya ke tempat paman saya yang bernama Soedjito. Ia menjadi  Kepala Dinas Pekerjaan Umum di Kediri,” kata Moechtar, Ahad 22 Oktober 1945.

Baca juga:
Skripsi Selesai, Bung Tomo Tak Lulus dari UI
Pertempuran Surabaya dan Teks Resolusi Jihad Kedua Kiai NU

Selama tinggal di rumah pamannya ini,  Moechtar  punya kegiatan yang hampir rutin tiap hari. Ketika jarum jam menunjuk jam lima petang,  Moechtar mendapat  tugas untuk mengeluarkan radio merk Philips yang berbentuk kotak, dari kayu. Moechtar menggambarkan, siaran itu dimulai dengan memutar lagu berjudul Tiger Shark. Lagu ini karya Peter Hodykinson yang dinyanyikan oleh kelompok Hawaiian Islanders.

Menurut Moechtar,  setelah intro Tiger Shark, suara berganti ke teriakan Bung Tomo memuji kebesaran Tuhan.  “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,…” Lalu, suara berapi-api Bung Tomo bergema. Suara lantang berpidato ala Bung Karno inilah yang menurut Mochtar, menjadi daya tarik. Menurut dia, banyak orang yang merinding mendengarkan Bung Tomo membakar semangat untuk perang melawan penjajah. “Saya saja merinding mendengarkannya,” kata Moechtar.  Menurut dia, tema besar pidato Bung Tomo tiap hari tentang melawan penjajahan.  Materinya berbeda, bergantung pada situasi yang terjadi saat itu.

Menurut  Moechtar, siaran itu adalah siaran langsung, bukan dari hasil rekaman yang diputar ulang.  Yang menunjukkan siaran itu merupakan siaran langsung, Bung Tomo menyampaikan perkembang terakhir, yang dari hari ke hari berbeda situasinya. “Memang isi pokoknya adalah mengajak pemuda dan rakyat Indonesia untuk bersatu dan tidak gentar melawan penjajah,” kata Moechtar. 

Sebelum mengakhiri pidato, kata Moechtar, Bung Tomo kembali meneriakkan, “Allahu Akbar...” Setelah suara Bung Tomo hilang, lagu Tiger Shark kembali terdengar. Lagu ini sekaligus menutup mata acara siaran pidato Bung Tomo.

Selanjutnya: Ketika peristiwa.....

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

5 jam lalu

Sejumlah siswa meliha foto pahlawan Cut Nyak Dhien saat bermain di sekolah yang terbengkalai di SDN 01 Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, 27 Agustus 2015. Tempo/M IQBAL ICHSAN
3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.


Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

9 jam lalu

Cut Nyak Dien. peeepl.com
Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

14 jam lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

12 hari lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

20 hari lalu

Komponis Ismail Marzuki. Wikipedia
Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?


Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

33 hari lalu

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.


Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Seniman monolog Butet Kartaredjasa menanggapi pelaporan dirinya ke polisi oleh relawan Presiden Jokowi. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru


Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

John Lie.
Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?


Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

1 Desember 2023

Lafran Pane. wikipedia.com
Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

Lafran Pane merupakan pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Film Lafran tayang pada Februari 2024. Berikut biografinya.


Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

1 Desember 2023

Film Lafran. Facebook
Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

Film Lafran dibintangi Dimas Anggara sebagai Lafran Pane akan tayang pada Februari 2024. Siapa dia, apa hubungannya dengan HMI?